Menhan Sebut Beberapa Negara Tertarik Kapal Perang Buatan Indonesia



Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengakui sejumlah negara tertarik dengan produk perang buatan Indonesia. Salah satunya adalah kapal perang buatan PT PAL Indonesia karena terbukti mampu menyelesaikan bangunan kapal secara profesional.

"Kalau untuk kapal perang masih ke beberapa negara yang selama ini ada, seperti Filipina. Namun, untuk senjata dan segala macam ada juga ke negara-negara Arab," kata Ryamizard, usai melepas ekspor kapal perang kedua buatan PT PAL Indonesia ke Manila, Filipina di Dermaga Sisi Timur, Divisi Kapal Niaga, Ujung Surabaya, Selasa (2/5).

Dalam pelepasan kapal perang kedua itu, Ryamizard mengaku, bangsa ini patut berbangga karena PT PAL Indonesia mampu melakukan ekspor kedua kalinya untuk jenis kapal perang. Hal itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu menyelesaikan pesanan secara tepat waktu.

"Selesainya kapal perang kedua ini akan mempererat hubungan kerja sama dan pertahanan antara Filipina dan Indonesia, dan menjadi bukti betapa eratnya hubungan kedua negara," katanya.

Ke depan, Ryamizard berharap agar hubungan kedua negara terus ditingkatkan, dan mengapresiasi pemerintah Filipina atas kepercayaanya dalam kerja sama membangun matra laut.

Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) Budiman Saleh mengatakan selesainya pengerjaan kapal perang kedua pesanan Filipina ini diawali dari kemenangan tender internasional senilai Rp1 triliun, dan mengalahkan beberapa negara pesaing. Budiman mengatakan, PT PAL Indonesia unggul dalam tender itu karena menang dalam desain kapal, harga, dan yang terpenting adalah proses waktu pengerjaan kapal.

"Kerja keras PT PAL Indonesia telah membuahkan hasil dengan mengharumkan nama bangsa dalam Kemandirian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), dan sebagai BUMN bidang perkapalan kami berusaha turut meningkatkan pertumbuhan perekonomian bangsa," katanya.

Sementara itu, spesifikasi kapal ekspor kedua ini tidak jauh berbeda dengan kapal perang pertama, yakni memiliki panjang 123 meter dan lebar 21 meter, dan dapat digunakan untuk operasi militer dalam penanggulangan ganguan keamanan dan ketentraman di wilayah territorial Filipina. Kapal juga mampu menampung 621 penumpang, dan bertahan di lautan selama 30 hari dengan bobot maksimal 7.200 Ton, serta memiliki kecepatan 16 knots dengan mesin pendorong 2 X 2,920 kW.

Selain itu, kapal juga mampu menampung tank, kendaraan tempur, mobil tumah sakit, hingga kapal patroli dan transporter, dan merupakan kapal hasil inovasi dari produksi kapal Landing Platform Dock (LPD) alih teknologi dengan Korea Selatan

Sumber

Comments