Empat Prajurit TNI Gugur, Giant Bow Bisa Jadi Diganti


Dalam latihan pendahulan PPRC TNI memang hanya satu meriam Giant Bow yang bermasalah. Namun, imbasnya besar. Tidak menutup kemungkinan TNI AD mengganti alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut dengan yang lain.
Sebab, Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Divisi Infanteri 1 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Yon Arhanud 1/Divisi Infateri 1 Kostrad) punya tugas dan tanggung jawab besar. Guna menunjang kinerja, mereka butuh alutsista terbaik.
Hal itu disampaikan langsung Panglima Kostrad Letjen TNI Edy Rachmayadi, kemarin. "Saya mau yang canggih," ungkap pria yang akrab dipanggil Edy itu.
Dia sama sekali tidak mempersoalkan asal muasal senjata yang dibeli untuk melengkapi pasukannya. Namun, bukan berarti tidak memperhatikan kualitas. "Persoalannya buka dari mana (senjata dibeli). Tapi, kualitasnya," kata dia menegaskan.
Meski begitu, Edy tidak memaksakan kehedak. Dia tahu betul belanja alusista sudah diatur. Prosedurnya juga jelas. Karena itu, dia selalu berusaha maksimal menggunakan persenjataan yang ada.
"Saya user, dibelikan ini (Giant Bow) ya saya pakai," ucap dia.
Meski usia meriam tersebut sudah terhitung tua, perwira tinggi yang juga ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak mengeluh. Dia tetap menggandalkan alutsista tersebut. "Kalau dikasih bambu runcing ya saya pakai," tambahnya.
Tetapi, jajarannya tetap butuh senjata yang berkualitas. Gangguan yang terjadi pada salah satu pucuk Giant Bow di arena latihan PPRC TNI bukan hanya membuat Yon Arhanud 1/Divisi Infanteri 1 Kostrad kehilangan satu Giant Bow. Melainkan seluruhnya.
"Itu sudah protap kalau ada masalah satu potong itu kami hentikan (semua operasionalnya)," jelasnya.
Selain untuk kepentingan investigasi, itu dilakukan guna memastikan nasib alutsisa tersebut. "Tergantung kajian. Kalau tidak bisa dipakai ya diganti," ucap dia.
Berkaitan investigasi insiden yang menewaskan empat prajurit Yon Arhanud 1/Divisi Infanteri 1 Kostrad dalam latihan PPRC TNI di Natuna, Edy menyebutkan bahwa sampai saat ini prosesnya masih berlangsung. Karena itu, dia belum bisa menjelaskan secara rinci berkaitan dengan hal tersebut.
"Saya belum bisa jawab itu," ucap dia. Hasil investigasi, sambung dia, akan disampaikan oleh Polisi Militer Angkatan Darat (Pomad). Sebab, mereka yang berwenang.
Menurut Edy hasil ivestigasi Giant Bow yang mengalami gangguan segera selesai. Sehingga hasil ivestigasinya juga cepat dilaporkan. "Satu dua hari ini saya yakin itu selesai," kata dia percaya diri.
Hasil investigasi tersebut tidak hanya menentukan nasib alutsista buatan Tiongkok itu. Tapi, turut berpengaruh pada nasib prajurit yang berada dibalik kendali meriam itu. Namun demikian, mereka tidak dihukum bila terbukti insiden tersebut terjadi akibat kerusakan alutsista.
"Kalau itu kesalahan senjata tidak bisa manusiannya dihukum" terangnya.

Comments