Indonesia Harus Bersiap Menghadapi Perang Elektronika

 Pemanfaatan teknologi canggih juga telah menyentuh bidang pertahanan dan keamanan. Salah satu contohnya dalam perang elektronika yang dampaknya bisa sama dengan perang fisik.

Indonesia juga harus menyiapkan kemampuan teknologi di bidang pertahanan dan keamanan ini. Sebab sejumlah negara telah melakukannya.

Sumber kekuatan teknologi ini memang tidak terlihat seperti halnya jika memiliki rudal atau persenjataan. Namun, perang elektronika ini bisa menjadi kekuatan ganda.

Oleh karena itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan SAAB Technologies Swedia menggelar seminar bertajuk Achieving Defence Superiority Through Electronic Warfare Technology, di Jakarta, Kamis (27/4).

Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT, Adhi Dharma Permana, mengatakan, melalui seminar ini ada keinginan untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap perang elektronika.

"Perang elektronika yang disasar elektromagnetik, sambungan informasi berbagai pihak dan itu bertujuan untuk menganggu aliran informasi dari berbagai pihak," katanya.

Adhi mencontohkan, perang elektronika bisa mengacaukan sistem komando dalam suatu operasi militer atau pertempuran. Dampak serangan ini sama dasyatnya dengan serangan fisik.

"Efek kerusakan yang ganda ini sangat berbahaya. Contoh lainnya, jika sudah wilayah dipayungi perang elektronika bisa saja rudal yang dikirim ke wilayah itu meleset dari targetnya. Navigasi rudal berhasil dikacaukan," jelasnya.

Ia menambahkan, rata-rata investasi perangkat keras (hardware) seperti rudal, meriam yang terlihat namun perang elektronika tidak terlihat namun punya dampak besar. "Kapasitas perang elektronika juga perlu dibangun," ucapnya.

Menurutnya, dalam pengembangannya di dalam negeri banyak tantangan yang harus dilalui seperti harus adanya industri dasar yang mampu menguasai chip, micro controller dan sensor.

"Sementara itu, teknologi ini juga sangat berbahaya jika dikuasai oleh teroris," kata Adhi.
Sumber

Comments