Dirgantara Indonesia tengah membangun konfigurasi helikopter anti kapal selam. Berkerjasama dengan Airbus dan vendor lainnya, BUMN strategis itu akan menerapkannya melalui platform helikopter militer AS 565 MBe Panther.
Konfigurasi anti kapal selam pada heli kelas menengah itu disebut sebagai yang pertama dikembangkan di dunia. PT DI akan menyelesaikannya dalam kurun waktu dua tahun sejak tahun lalu. “Kita punya ide engineering yakni membuat heli anti-kapal selam, dan kita juga ingin property right-nya milik PT DI,” tandas Dirut PT DI, Budi Santoso di Bandung, Rabu (15/3).
Pengguna pertama heli dengan varian baru itu adalah TNI AL. Sebelumnya, angkatan laut melakukan pembelian 11 unit AS 565 Panther dari Airbus Helicopters yang sudah terbukti menunjukkan tajinya sebagai heli militer dengan keunggulan pada kemampuan naval-nya.
Menurut Direktur Produksi PT DI, Arie Wibowo, dengan konfigurasi anti kapal selam, heli tersebut akan melengkapi dirinya dengan fitur utama berupa sistem dipping sonar dan sistem peluncur torpedo. “Kecenderungannya, tugas tersebut selama ini lebih banyak dijalankan dua heli militer, satu sonar satu khusus meluncurkan torpedo, dengan sistem baru ini, tugas itu dijalankan satu heli saja, helinya punya sistem dipping sonar sebagai pendeteksi sekaligus menggendong torpedonya guna diluncurkan mengejar sasaran kapal selam,” jelasnya.
Dengan tugas tersebut, imbuhnya, pemilihan AS 565 MBe Panther merupakan pilihan tepat. Terlebih heli tersebut mempunyai kemampuan multi peran baik naval maupun darat. Penggunanya pun sudah tersebar di lintas benua sehingga secara basic performanya terbukti.
Arie Wibowo menyebut bahwa program yang telah berjalan setahun itu tengah memasuki tahapan integrasi dan engineering. Pihaknya optimis konfigurasi baru itu dapat diperkenalkan segera.
Terlebih dengan skema kolaborasi yang merupakan tantangan industri saat ini.
“Saya tak bisa sebut angkanya, tapi untuk konfigurasi anti kapal selam, biasanya biaya pengembangannya bisa mencapai 20 persen. Selain itu, kelengkapan heli militer cenderung tak bisa dilepaskan dari keinginan penggunanya,” katanya
Comments
Post a Comment